Senin, 26 Januari 2009

Catatan Seputar Pelantikan Obama



Belakangan pidato tentang perbaikan ekonomi Amerika Obama bernada pesimis? Mampukah ia mewujudkan janji-janjinya saat kampanye? Kusman Shadiq, aktivis Hizbut Tahrir yang tinggal di Washington DC mengupasnya.



Hari Selasa kemarin (20/1), lebih dari 3 juta orang menyemut di Washington DC untuk menyaksikan acara pelantikan (inauguration) Barack Obama sebagai Presiden AS yang ke-44. Saya menyempatkan diri datang ke sana sekedar untuk mengetahui secara langsung opini dan ekspresi warga AS terhadap Obama.

Kebetulan jaraknya hanya 20 menit dari tempat tinggal saya naik Metrotrain. Di setiap sudut jalan, terlihat para tentara dan polisi bersenjata lengkap, khususnya di area Pensylvania Avenue yang menjadi jalan utama penghubung Capitol Hill dengan White House. Sementara di seluruh puncak gedung yang dekat dengan Capitol Hill dan White House terlihat para tentara yang mengawasi setiap gerak gerik massa yang ada dibawahnya. Menurut berita di Washington Post (18/1), senjata berat termasuk peluru kendali penghancur pesawat juga disiapkan disana untuk mengantisipasi serangan pesawat seperti yang terjadi di WTC.

Ada dua hal yang bisa saya catat dari acara pelantikan ini. Pertama, masyarakat AS saat ini berada dalam kecemasan terhadap situasi ekonomi yang makin memburuk. Makanya Obama yang terkenal dengan kampanyenya – change , we can believe in - menjadi satu-satunya harapan bagi mereka untuk memperbaiki ekonomi yang sedang sekarat ini. Saya dapat informasi dari salah seorang pengunjung bahwa sejak jam 2 dini hari para pengunjung sudah mulai datang, padahal acara baru dimulai jam 10 dan suhu mencapai minus 10 derajat celcius. Dia menambahkan, bahwa massa yang hadir pada pelantikan ini jauh lebih besar dibandingkan dengan pelantikan saat Bill Clinton dan George W Bush. Tampaknya warga AS memiliki harapan yang sangat tinggi terhadap Obama untuk mengakhiri krisis ekonomi ini, sehingga mereka berjibaku hadir untuk memberikan dukungan saat pelantikan.

Kedua, besarnya acara pelantikan ini tidak terlepas dari upaya propaganda AS di dunia international. Ini terlihat dari agresifnya iklan-iklan tentang pelantikan yang dilakukan oleh pemerintah AS melalui media massa seperti Washington Post, New York Time, CNN, FoxNews, CBS, dan lainnya. Bahkan di Metrotrain dan Metrobus juga dipasang iklan-iklan pelantikan ini. Salah satu bunyi iklan itu adalah : ‘sejarah terbesar perubahan dunia akan dimulai dari Washington 20 Januari 2009’, sangat bombastis. Dengan banyaknya massa yang hadir dan berbagai entertaintment pada pelantikan ini serta disiarkan secara langsung ke seluruh dunia melalui jaringan CNN, FoxNews, CBS, dan lainnnya, maka hanya dalam waktu 2 jam warga dunia mengenal Obama sebagai presiden AS yang baru dengan dukungan penuh dari masyarakat AS. Pelantikan ini tampaknya dijadikan sebagai momen awal oleh AS untuk memperbaiki citra buruknya yang carut marut di bawah Bush.


Sinyal Kegagalan
Hadirnya jutaan masyarakat yang datang untuk memberikan support pada acara pelantikan Obama ini hanya salah satu dari indikasi besarnya harapan masyarakat AS terhadap Obama. Indikasi lain terlihat dari hasil polling yang dilakukan oleh ABC News Poll dengan sampling error 3 persen. Hasil polling tersebut dimuat di Washington Post (18/1) dibawah judul “Nation’s Hopes High for Obama, Poll Shows”. Berdasarkan polling tersebut, dukungan dan harapan masyarkat AS terus meningkat terhadap Obama. Pada November 2008, terdapat 67 persen masyarakat AS yang mendukung dan berharap pada Obama, kemudian meningkat menjadi 76 persen pada Desember 2008. Terakhir pada Januari 2009, meningkat menjadi 80 persen. Ketika responden ditanya tentang siapa presiden AS yang paling disukai ternyata Obama menempati ranking teratas yaitu sebanyak 79 persen. Sementara Jimmy Carter yang dilantik pada Januari 1977 itu menempati ranking kedua yakni sebanyak 78 persen.

Tngginya harapan pada Obama itu tentu sangat terkait dengan makin memburuknya kondisi ekonomi AS saat ini. Menurut polling ABC News itu, hanya 5 persen responden yang menyatakan bahwa ekonomi AS saat ini masih baik. Sementara 95 persen responden lainnya menyatakan hal yang sebaliknya.

Secara faktual, sebenarnya Obama akan menemui kesulitan besar untuk memenuhi great expectations masyarakat AS itu. Pertama, tim ekonomi Obama baru mulai bekerja secara efektif 20 Januari 2009. Padahal resesi ekonomi terus meluncur dengan cepat menumbangkan perusahaan-perusahaan besar di AS. Raksasa otomotif Chrysler, Ford, dan General Motor mulai limbung juga diterjang resesi ini. Chrysler beberapa waktu lalu telah mengumumkan penutupan manufakturing-nya di seluruh Amerika Utara. Sedangkan Ford pada bulan Januari ini berencana menghentikan aktivitas 10 cabang pabriknya di AS.

Hampir tiap hari Washington Post memberitakan tentang rontoknya perusahaan besar di AS, sementara rontoknya perusahaan kecil sudah tidak menjadi berita karena berjibun jumlahnya. Terakhir, masyarakat AS cukup terkejut dengan berita bangkrutnya perusahaan raksasa retail Circuit City yang diumumkan di Washington Post (18/1), hanya dua hari sebelum pelantikan Obama. Padahal sebelumnya, Circuit City dinyatakan sehat dibandingkan dengan Linens’n Thing dan Sharper Image yang telah lebih dulu mencatatkan dirinya sebagai perusahaan retail yang sedang sekarat hingga akhirnya tidak tertolong menemui kebangkrutannya. Circuit City akan menutup cabangnya di 567 lokasi di AS dan akan merumahkan karyawannya sekitar 30.000 orang.

Obama sendiri terlihat mulai cemas. Dalam beberapa pidatonya, dia sering mengeluarkan statement yang bernada pesimis, berbeda dengan pidatonya ketika masa kampanye dulu. Misalnya, dia mulai sering mengatakan bahwa recovery ekonomi yang akan dijalankan oleh timnya kemungkinan akan berjalan lambat karena resesi ekonomi saat ini berjalan sangat cepat. Itu menunjukkan bahwa Obama dan tim ekonominya mulai memberikan sinyal awal atas kemungkinan gagalnya memperbaiki resesi ekonomi AS yang makin dalam dan meluas ini.

Kedua, kabinet Obama dan tim ekonominya terdiri dari orang-orang lama khususnya dari partai Demokrat yang dulu bekerja pada masa pemerintahan Bill Clinton. Mereka tidak memiliki pengalaman yang memadai untuk mengatasi krisis seperti saat ini yang dicatat sebagai krisis paling dahsyat yang menimpa AS selama 30 tahun terakhir. Belum lagi minimnya akses mereka terhadap base data dalam aktivitas ekonomi dan politik yang terjadi di AS selama 8 tahun terakhir. Karena base data tersebut ada di tangan politisi dan ekonom partai Republik yang bekerja dibawah pemerintahan Bush. Kedua partai ini bersaing sangat hebat di AS, sehingga tentu saja pihak Republik akan membatasi akses pihak Demokrat dibawah Obama terhadap data-data penting yang mereka miliki. Sebab kalau Obama gagal akan
menjadi poin kemenangan bagi pihak Republik.

Ketiga, sampai saat ini belum ada ide fundamental yang ditawarkan oleh tim ekonomi Obama yang secara logis bisa menjadi solusi terhadap resesi ekonomi ini. Obama sendiri bahkan hanya bicara pada tataran populis, seperti penyelesaian masalah pengangguran melalui pembukaan lapangan kerja baru. Padahal belum jelas seperti apa strategi pembukaan lapangan kerja baru tersebut ditengah kasus lay-off atau PHK yang terus bertambah detik demi detik. Secara sederhana tentu mudah difahami bahwa masalah pengangguran itu hanya gejala saja dari sakitnya ekonomi. Sumber penyakitnya sendiri tentu saja dipicu oleh kegiatan spekulatif nonproduktif seperti transaksi derivatif di pasar uang, bursa valas, bursa saham dan bursa berjangka komoditas, transaksi ekonomi yang berbasis riba, serta persoalan mata uang yang tidak lagi ditopang oleh nilai intrinsiknya. Itulah sistem ekonomi kapitalisme yang mengikat semua aktivitas ekonomi di AS.

Karena sekarang ini hanya terjadi perubahan personal pemerintahan di AS, padahal yang sakit adalah sistemnya, maka kemungkinan gagal jauh lebih besar daripada kemungkinan untuk berhasil. Tentu tidak mustahil bagi Obama untuk mengalami nasib seperti Bush yang dihujat oleh pendukungnya sendiri pada saat berakhir masa pemerintahannya, karena gagal memenuhi janjinya. Wallaahu a’lam bi ash-shawab.

Kusman Shadiq (Washington DC)
aktivis Hizbut Tahrir Indonesia saat ini berada di Washington DC.
sumber: detikislam.com

1 komentar:

Anonim mengatakan...

sebaiknya kita segera bangun dari mimpi romantisme masa lalu Obama yang seorang murid SD Menteng.skrg dia bukan lagi seorang murid SD yang berkulit gelap dan sering berkeringat kepanasan di ruang kelas. Skrg Obama adalah Presiden Amerika Serikat dengan segala pekerjaan rumahnya yang menumpuk.

kita (baca:bangsa Indonesia) harus segera keluar euforia trhdp Obama yang dalam bulan2 belakangan semakin tinggi.kita harus sadar Obama sebagai Presiden Amerika sudah pasti ia akan memakmurkan negerinya sendiri.jadi jangan berekspektasi terlalu tinggi kalau 'angin perubahan Obama' akan berhembus di republik ini.